Solusi Saham

SELAMAT DATANG DI SOLUSISAHAM SANGAT SENANG JIKA DAPAT MEMBANTU ANDA , SEMUA YANG DATANG SEBAGAI TAMU AKAN TINGGAL SELAYAKNYA SAUDARA

ARTIKEL

Tuesday 2 November 2010

Berita emiten

PP Raih Kontrak Baru Rp 286,9 Miliar
Whery Enggo Prayogi - detikFinance


<p>Your browser does not support iframes.</p>

(Ilustrasi Foto: dok detikFinance)

Jakarta - PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) mendapat kontrak baru berupa pembangunan komplek perkantoran, pabrik dan pergudangan dari PT Dahana (Persero), BUMN strategis di bidang Alutsita senilai Rp 286,9 miliar. Jadwal pembangunan akan rampung hingga September 2012.

Menurut Direktur Utama PTPP, Musyanif, dalam keterbukaan informasi mengatakan, proyek mixed use Dahana berlokasi di Subang, Jawab Barat yang terdiri dari komplek perkantoran, perumahan, pabrik, pergudangan, air bersih (water treatment plant), menara air dan jalan lingkungan. Lokasi pembangunan berada di lahan seluas 190 ha.

Selain lahan, pembangunan juga meliputi perkantoran seluas 5.428 m2, perumahan 4.000 m2, gudang 6.800 m2, pabrik 2.000 m2, dan lain-lain.

"Dijadwalkan rampung pada September 2012 dan nantinya menjadi pusat pengembangan Dahana yang terintegrasi," ucapnya.

Hingga akhir tahun 2010, perseroan telah mendapatkan kontrak di segmen gedung senilai Rp 6,35 triliun. Dimana 88% berasal dari pemerintah 88,1 % dan sisanya swasta.

Pada sembilan pertama tahun ini, PTPP telah meraih Rp 2,18 triliun, dari total target kontrak baru sebesar Rp 3,42 triliun. "Saat ini kami mengikuti tender senilai Rp 16,3 triliun baik itu untuk sektor konstruksi, EPC maupun investment. Ditargetkan akhir tahun dapat meraih kontrak baru sebesar Rp 17,01 triliun," ucapnya.

Selain proyek dari Dahana, perseroan juga membangun beberapa proyek gedung diantaranya ST Moritz Apartment dengan total nilai proyek Rp 119 miliar, The Wave Tower Rp 220 miliar, The Grove Rasuna Epicentrum Apartment Rp 384,28 miliar.




Medco Anggarkan Capex US$ 1,6 Miliar Hingga 2013
Nurseffi Dwi Wahyuni - detikFinance


<p>Your browser does not support iframes.</p>

(Foto: Dok detikFinance)

Jakarta - PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mengalokasikan dana sebesar US$ 1,6 miliar belanja modal (capital expenditure/capex) mulai tahun 2011 hingga 2013.

"Itu semua akan digunakan untuk pendanaan proyek-proyek besar perseroan," ujar Presiden Komisaris Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro di sela acara Sarasehan Energi Baru Terbarukan di Gedung Smesco, Jakarta, Selasa (2/11/2010).

Menurut Hilmi, adapun sejumlah proyek besar yang akan dikerjakan Medco yaitu proyek Donggi Senoro, Blok Libya, dan pengembangan Blok A.

Pada proyek Donggi Senoro yang dikerjakan oleh Konsorsium DS LNG terdiri, Medco memiliki saham sebesar 20 persen, sisanya sebesar 51 % dimiliki oleh Mitsubishi Corp dan PT Pertamina (Persero) 29%. Pertamina dan Medco akan memasok gas ke kilang dibangun bersama dengan Mitsubishi.

Gas tersebut akan berasal dari lapangan Senoro dan Matindok. Lapangan Senoro dimiliki oleh PT Pertamina Hulu Energi Tomori Sulawesi dan PT Medco Tomori dengan saham masing-masing 50%. Sedangkan, Matindok dimiliki PT Pertamina EP sebesar 100 persen.

Saat ini alokasi gas Senoro masih menunggu persetujuan dari Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh.

"Donggi Senoro ini kan sekarang green lightnya ada di pemerintah. GSA (Gas Sales Agreement) dan SAA (Sales Appointed Agreement) belum diteken. Nanti kalau sudah diteken capex-nya akan besar sekali tahun depan," jelas Hilmi.

Sementara untuk Blok A yang dikelola Medco E&P Malaka, anak usaha Medco Energi Internasional juga telah mendapat perpanjangan kontrak sekitar 20 tahun dari pemerintah. Kontrak existing blok tersebut berakhir 31 Agustus 2011.

"Untuk Blok Libya yang sudah masuk pengembangan juga butuh dana cukup besar," ungkapnya.

Hingga Agustus 2010, Perseroan telah mencatat telah menghabiskan dana sebanyak US$ 180 juta untuk pengembangan Area 47 di Libya. Dana tersebut sudah mulai dipakai sejak tahun 2006 lalu.

Perseroan sudah melakukan pengeboran 22 sumur terdiri dari 18 sumur eksplorasi dan 4 sumur appraisal. Dari 18 sumur, perusahaan migas itu sudah menemukan cadangan di 15 sumur. Komersialisasi Area 47 itu akan dilakukan tahun ini setelah itu dilanjutkan dengan pengembangan produksi. Pada awal produksi, emiten berkode MEDC itu bisa memproduksi hingga 50.000 barel per hari.

Jangka waktu dari komersialisasi hingga pengembangan produksi diperkirakan memakan waktu 3 tahun, sehingga blok tersebut diperkirakan baru akan berproduksi tahun 2014 mendatang.

Pada kesempatan yang sama, Hilmi menargetkan proses pelepasan 27,9% saham tidak langsung Medco Energi Internasional ke Pertamina akan selesai sebelum akhir tahun ini. Namun sayangnya, Hilmi enggan menyebutkan berapa nilai dari saham yang akan dilepas perseroan tersebut.

"Sebelum akhir tahun ini sudah selesai," tambahnya.

Seperti diketahui, Pertamina telah membeli sebagian saham Encore Energy Pte Ltd (EEPL) yang dimiliki oleh Encore International Ltd (EIL). Encore Energy saat ini menguasai 50,7% saham di PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).

Proses jual beli ini akan menjadikan Pertamina sebagai pemegang saham tidak langsung sebesar 27,9% di Medco Energi. Sementara porsi pemegang saham lain di Medco Energi tidak terganggu oleh transaksi ini.



Astra: Pajak Progresif Perlambat Penjualan
Oleh: Mosi Retnani Fajarwati
Pasar Modal - Selasa, 2 November 2010 | 15:26 WIB
TERKAIT
INILAH.COM, Jakarta - Pajak progresif bagi kendaraan roda empat dinilai akan memperlambat laju pertumbuhan penjualan mobil nasional tahun depan.

"Dengan adanya pajak progresif itu faktor growth jadi hilang atau bisa dikatakan melambat lah. Kita sedang tahap studi, tapi sepertinya nggak akan naik banyak tahun depan," ujar Chief Executive Daihatsu Sales Operation PT Astra Internasional Tbk (ASII), Suparno Djasmin di Hotel Ritz Carlton Jakarta, Selasa (2/11).

Untuk pertumbuhan penjualan mobil tahun ini, lanjutnya, diperkirakan mencapai 55%. Namun tahun depan hanya sebanyak 0,02%.

Sementara bila dilihat dari tahun sebelumnya, pertumbuhan penjualan mobil dari 2008 ke 2009 juga masih mengalami kenaikan yaitu sebesar 40%. "Tapi kalau tidak ada lagi yang menghambat seperti itu pasti akan bertumbuh lagi. Akan ada percepatan pertumbuhan," ujarnya.

Selain oleh penetapan pajak progresif, laju pertumbuhan penjualan mobil juga diperkirakan terhambat oleh aturan pelarangan mobil produksi tahun 2005 yang tidak diperkenankan menggunakan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. "Itu nanti kita lihat pelaksanaan peraturan ini, kita kan belum tahu detil aturan subsidi BBM untuk mobil tahun 2005 ke atas," ujarnya.

Kendati demikian, ia menilai pajak kendaraan roda empat tersebut hanya akan ditujukan kepada para konsumen kelas atas.

Sebagai informasi, penjualan mobil bermerk Daihatsu di Astra Internasional tahun ini bisa mencapai 110 ribu unit. Angka ini naik dari penjualan Daihatsu tahun sebelumnya sebanyak 77 ribu unit.

Untuk tahun depan, perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan mobil Daihatsu sebanyak 20% menjadi sebesar 132 ribu unit. Penjualan paling besar disumbang oleh tipe Xenia. "Xenia tetap terbesar, dalam satu bulan bisa sampai 6.000 jadi satu tahun bisa 60.000 lebih. Yang kedua terbesar itu Grand Max," pungkasnya.

No comments: