Solusi Saham

SELAMAT DATANG DI SOLUSISAHAM SANGAT SENANG JIKA DAPAT MEMBANTU ANDA , SEMUA YANG DATANG SEBAGAI TAMU AKAN TINGGAL SELAYAKNYA SAUDARA

ARTIKEL

Monday 30 August 2010

BERITA GLOBAL

Sentimen Memburuk, Cermati BUMI!


Jakarta - Saham BUMI, Senin (30/8) diprediksi melemah seiring berakhirnya tren ‘bullish’ market. Kenaikan harga batubara ke level US$91 per metrik ton tak berpengaruh banyak. ‘Wait and see’ saja!

Pengamat pasar modal, Satrio Utomo mengatakan, potensi pelemahan saham PT Bumi Resources () awal pekan ini lebih karena negatifnya sentimen market. Sebab, tren ‘bullish’ IHSG saat ini sudah berakhir.

Hal ini, lanjut Satrio, salah satunya dipicu oleh pelaku pasar yang saat ini sudah mencermati inflasi Agustus 2010. Angkanya, diperkirakan masih tinggi sehingga jadi sentimen negatif bagi market.

BUMI akan mengarah ke level support Rp1.500 dan Rp1.750 sebagai level resistance-nya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (29/8).

Pada perdagangan Jumat (27/8), saham BUMI ditutup melemah Rp90 (5,05%) jadi Rp1.690 per saham dibandingkan sebelumnya di level Rp1.780. Harga tertingginya mencapai Rp1.760 dan terendahnya Rp1.650. Sedangkan volume transaksi mencapai 372,4 juta unit saham senilai Rp632,6 miliar dan frekuensi 8.052 kali.

Lebih jauh, Satrio mengatakan, berdasarkan konsensus, inflasi Agustus ini di level 1%. Menurutnya, inflasi jadi faktor utama yang memicu investor untuk profit taking termasuk di saham BUMI. “Pasar merespon negatif inflasi tinggi karena bisa mendorong asumsi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate),” ujarnya.

Tertekannya indeks pekan ini, menurut Satrio, juga karena faktor pelaku pasar yang saat ini sudah kembali ke realitas. Sebab, bursa regional berada dalam tren turun. “Saya mengkhawatirkan, indeks Dow Jones dalam jangka pendek bisa melemah ke level 8.500,” timpalnya.

Sementara itu, kenaikan harga batubara di Newcastle ke level US$91 per metrik ton dari sebelumnya US$87, tidak akan berpengaruh banyak pada tren koreksi indeks saat ini. Tak terkecuali di saham BUMI. “Saya kira, pengaruhnya tidak akan banyak. Sebab, regionalnya pun sedang dalam kondisi profit taking,” tambah Satrio.

Dia menjelaskan, bursa regional, mendapat sentimen negatif dari angka pertumbuhan ekonomi AS, yang diumumkan Jumat (27/8) pekan lalu. Orang sudah berekspektasi, AS akan terjebak pada resesi gelombang kedua (double dip). “Karena itu, laju perekonomian AS ke depannya akan melambat,” ungkap Satrio.

Akibatnya, bursa Dow Jones terkoreksi sehingga berimbas negatif ke bursa Asia termasuk IHSG. Indeks domestik pun sudah saatnya terkoreksi. “Indeks Hang Seng saja, untuk koreksi hingga 1.000 poin atau 5% merupakan hal yang sangat gampang,” tuturnya.

Pada prinsipnya, ia menyarankan investor untuk keluar telebih dahulu dari semua saham termasuk saham PT Bumi Resources. Sebab, tren koreksi indeks agak panjang. “Kalaupun mau masuk, di saham BUMI, pasar harus menunggu indeks di bawah 3.000,” ucapnya.

Apalagi, Satrio menegaskan, BUMI mendapat tekanan dari simpangsiurnya aksi korporasi dari grup Bakrie. “Apalagi kenaikan batubara saat ini tidak jadi trigger bagi saham sejuta umat ini,” tambah Satrio.

Di sisi lain, dari sisi perseroan, BUMI belum memiliki aksi korporasi baru, kecuali saham tamban lainnya, PT Bukit Asam (PTBA). “Itu pun, pengaruhnya ke saham-saham di sektor ini sudah berkurang dan di pekan ini sudah kembali netral,” timpal Satrio.

Di atas semua itu, Satro memperkirakan, saham BUMI berpeluang mengarah ke levesupport Rp1.300 per saham jika level Rp1.500 berhasil ditembus ke bawah. Ia menyarankan, investor wait and see di saham BUMI.

“Kalau masih bisa merealisasikan keuntungan lebih baik melakukannya. Kalau BUMI berada di bawah Rp1.500 per saham baru bisa beli lagi,”


Analis: Waspada dan jangan tergoda saham Grup Bakrie

Saham-saham Grup Bakrie mulai bangkit dari titik terendahnya sepanjang 2010. Sebelumnya, saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mencatat rekor pada 19 Agustus, lima dari tujuh saham berjuluk Seven Brothers justru terkapar. Padahal, saham-saham Bakrie sebelumnya dikenal bisa menentukan arah IHSG.

Kelima saham yang sempat menyentuh harga termurah itu adalah PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP), dan PT Darma Henwa Tbk (DEWA), dan Energi Mega Persada (ENRG).

Harga saham PT Bakrie & Brothers (BNBR) bahkan sudah sekitar sebulan terbenam di harga Rp 50. Pada Kamis, (26/8) saham BNBR sempat terangkat ke level Rp 52 per saham, namun akhirnya kembali karam ke Rp 50 keesokan harinya. Padahal, induk usaha grup Bakrie ini pernah dihargai Rp 718 per saham pada 15 Februari 2008.

Saham Bakrie Telecom (BTEL) terakhir (27/8) diperdagangkan di Rp 150 per saham. Angka ini anjlok dari rekor harga tertinggi di Rp 407 per saham pada 4 Januari 2008. Artinya, harga BTEL sudah terpangkas 63,14%.

Terakhir, Jumat (27/8) lalu, harga saham ENRG berada di Rp 93 atau terperosok 93,42% dari rekor harga tertingginya pada 9 Januari 2008 di Rp 1.415 per saham.
Kapitalisasi pasar dari ketujuh saham ini mencapai Rp 55,05 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari BUMI, yaitu sebesar Rp 32,79 triliun.

Cuma jangka pendek

Kepala Riset Sucorinvest Central Gani Adrian Rusmana mengatakan, meski harga saham grup Bakrie sudah diskon gede-gedean, investor sebaiknya tak cepat tergoda untuk memborong mereka. "Masih ada ratusan alternatif pilihan saham selain Seven Brothers," sarannya.

Ia menasehati agar investor mendalami laporan keuangan grup ini. "Jangan cepat takjub. Cermati, siapa auditor laporan keuangannya," jelas Adrian.
Kepala Riset Bhakti Securities Edwin Sebayang melihat, sebetulnya pergerakan Seven Brothers hanya terpaku pada saham BUMI. "Jika BUMI naik, biasanya menular pada saham lainnya," ujarnya.

Edwin juga menyentil BUMI yang belum memberikan kejelasan langkah untuk menyelesaikan utang jangka pendeknya senilai US$ 965 juta. Padahal, emiten ini hanya memiliki kas dan setara kas sebesar US$ 56 juta.

Pengamat pasar modal Satrio Utomo bilang, saham Bakrie hanya layak dibeli untuk jangka pendek, sementara untuk jangka panjang investor diminta menjauh. "Manajemennya terlalu rajin menggelar rights issue,"



Indofood CBP kian mantap melantai di BEI

JAKARTA. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), dalam prospektus awal initial public offering (IPO) atau penawaran saham perdananya, memastikan bakal melepas 20% atau sekitar 1,16 miliar sahamnya ke publik.

Saham perdana itu akan ditawarkan pada 28-30 September 2010. Bila tak meleset, sahamnya akan mulai ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 7 Oktober nanti.

Masih menurut uraian dalam prospektus tersebut, ICPB akan memakai sekitar 70%-80% hasil penerbitan saham perdana untuk melunasi utang, terutama kepada pemegang saham. Di kuartal I-2010, anak usaha PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) ini mendapat pinjaman senilai Rp 4,11 triliun dari pemegang sahamnya.
Nah, sisa dana IPO, sekitar 20%-30%, akan digunakan untuk modal kerja perusahaan.

ICBP menaungi bisnis mi instan, produk berbahan susu (dairy), bumbu, penyedap makanan, nutrisi, dan makanan khusus. Per Maret 2010, asetnya mencapai Rp 10,63 triliun atau setara 25,65% dari total aset INDF yang mencapai Rp 41,44 triliun.

Adapun penjualannya per Maret 2010 mencapai Rp 4,33 triliun atau sekitar 46,56% dari total penjualan INDF sebesar Rp 9,30 triliun. Di semester I lalu, kontribusinya meningkat menjadi Rp 8,51 triliun atau 47% dari penjualan INDF.

Laba bersih ICBP juga terus mendaki. Di 2008, laba bersihnya mencapai Rp 339,06 miliar, naik 506,98% daripada 2007 sebesar Rp 55,86 miliar. Tahun lalu, laba bersihnya kembali meroket Rp 736,94 miliar atau 217,35% menjadi hampir Rp 1,08 triliun. Hingga kuartal I-2010, ICBP telah mengantongi laba Rp 368,06 miliar.

ICBP telah menunjuk Kim Eng Securities, Credit Suisse Securities Indonesia, Deutsche Securities Indonesia, dan Mandiri Sekuritas sebagai penjamin emisi IPO. Menurut seorang direktur di salah satu sekuritas itu, target dana IPO ICBC mencapai US$ 400 juta atau sekitar Rp 3,6 triliun (US$ 1 = Rp 9.000).

Bila target itu benar, dan mengacu jumlah saham yang dilepas sebanyak 1,16 miliar saham, maka harga IPO perusahaan ini kemungkinan berkisar di Rp 2.500 per saham.

Analis Sucorinvest Central Gani Gifar Indra Sakti memperkirakan, saham ICBP bakal diminati investor. Apalagi, setelah IPO ini utang perusahaan akan menciut. Sementara bisnisnya bakal semakin solid. "Bisnis ICBP sudah jadi, ini yang menarik," katanya.

Ia bilang, tahun ini bisnis ICBP akan seirima dengan kinerja INDF. Ghifar menaksir, penjualannya hanya akan tumbuh sekitar 5%.


Jangka menengah, tren harga emas masih mendaki

JAKARTA. Seiring menguatnya kekhawatiran terhadap masa depan suram pemulihan ekonomi global, telah menaikkan 0,74% harga emas sepekan lalu. Hingga Jumat (27/8), si kuning bertengger di US$ 1.237,9 per ons troi, naik dari akhir pekan sebelumnya (20/8) di US$ 1.228,8 per ons troi. Tapi, di pertengahan pekan, harga emas sempat bertengger di harga tertingginya dalam delapan minggu terakhir, yakni di US$ 1.241,3 per ons troi.

Kebangkitan harga emas dipicu pelemahan angka penjualan rumah Amerika Serikat (AS) dan melambatnya pertumbuhan ekspor Jepang. Di akhir pekan sedikit turun karena sentimen pasar membaik setelah Gubernur The Fed Ben S. Bernanke menenangkan kecemasan pasar atas prospek pemulihan ekonomi.

Konsumsi meningkat

Tren kenaikan harga emas diprediksi berlanjut untuk jangka menengah. Goldman Sachs Group Inc meramalkan, harga emas dapat mencapai US$ 1.300 dalam enam bulan ke depan. Pemicunya, impor India diperkirakan melebihi tahun 2009 dengan adanya festival di negara pengonsumsi emas terbesar dunia itu.

Anjani Sinha, Chief Executive Officer (CEO) Bursa Perdagangan Emas Fisik di Goa, India, seperti dikutip Bloomberg (28/8), menyebut, pembelian total emas tahun ini mungkin mencapai 600-625 ton. Tahun lalu jumlah pembeliannya 480-485 ton.

World Gold Council menyebut, permintaan dari India pada semester I mencapai 348 ton, dibandingkan 559 ton di sepanjang tahun lalu."Permin-taan pada semester II setidaknya 25% lebih tinggi dari tahun sebelumnya, karena memasuki musim festival," ujar Sinha.

Faktor risk aversion (penghindaran risiko) juga berpotensi mengangkat harga emas. Rujan Panjwani dari Edelweiss Modal Ltd, melihat ada peningkatan permintaan yang signifikan karena keraguan krisis ekonomi global berakhir. "Ketidakpastian ekonomi membuat emas terus menjadi pilihan berinvestasi. Apalagi suku bunga mayoritas sudah mendekati nol," ujar Panjwani kepada Bloomberg.

Ibrahim dari Askap Futures memprediksi, pekan ini harga emas berpotensi naik lagi. Selain faktor India, revisi penurunan pertumbuhan ekonomi AS akan menyisakan kecemasan pasar. Dia meramal, si kuning akan bergulir di kisaran US$ 1.250-US$ 1.260 per ons troi.

Sebaliknya, Analis Indosukses Futures Herry Setyawan menebak, sepekan ini, emas akan cenderung melemah.

No comments: