Solusi Saham

SELAMAT DATANG DI SOLUSISAHAM SANGAT SENANG JIKA DAPAT MEMBANTU ANDA , SEMUA YANG DATANG SEBAGAI TAMU AKAN TINGGAL SELAYAKNYA SAUDARA

ARTIKEL

Thursday 7 October 2010

BERITA PASAR

Indeks Saham Siap-Siap Cetak Rekor Baru

Kamis, 7 Oktober 2010 - 07:49 wib
text TEXT SIZE :
Ilustrasi

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih akan melanjutkan penguatan seiring dengan masih derasnya dana asing yang mengalir ke pasar modal. Meski begitu,aksi ambil untung (profit taking) berpeluang membalikkan prediksi.

“Trennya saat ini masih menunjukkan penguatan,tapi memang terbatas.Mungkin hingga akhir pekan penguatan masih terjadi,”ujar Kepala Riset Bhakti Securities Edwin Sebayang di Jakarta.

Menurut dia,posisi IHSG sudah sangat tinggi dan sudah melampaui target tahun ini.Namun,banjir likuiditas belum menunjukkan gejala berhenti dalam jangka pendek. “Likuiditas inilah yang masih memungkinkan penguatan lanjutan indeks meski sejumlah saham unggulan sudah dinilai kemahalan,”kata Edwin.

Dia melanjutkan,sentimen global masih menjadi acuan investor pada perdagangan hari ini.Investor akan melakukan akumulasi beli jika indikator global positif. Namun,pembelian akan dilakukan secara selektif. :Valuasi sudah sangat mahal sehingga investor sangat hati-hati melakukan pembelian meskipun sentimen bergerak positif,”tuturnya.

Untuk perdagangan hari ini,Edwin memberi perkiraan supportpada level 3.450,sementara resistance3.650.Rentang yang sangat jauh diberikan karena volatilitas yang sangat tinggi.Dia merekomendasikan akumulasi untuk saham-saham INCO,PGAS,TINS,dan ANTM. Sementara posisi jual (sell) bisa dilakukan untuk saham-saham BBCA, INDF,atau JSMR.

“Saya anjurkan transaksi saat ini untuk short termatau akumulasi terhadap saham-saham yang valuasinya memang masih murah,”katanya.

Sementara analis Panin Sekuritas Purwoko Sartono berpendapat sama.Kenaikan indeks hingga menembus level 3.600 membuat pelaku pasar sangat selektif.Kecenderungan saat ini,pasar bergerak secara mixdan sangat fluktuatif,terutama mengantisipasi sentimen-sentimen yang terjadi saat ini.

“Secara fundamental masih bagus.Namun secara teknikal,aksi ambil untung menjadi penghambat penguatan lanjutan,”katanya.

Sektor konsumer dan konstruksi diperkirakan kembali terkoreksi seiring dengan aksi ambil untung yang dilakukan pada sektor tersebut. Penguatan diharapkan terjadi pada saham-saham komoditas dan energi. “Pada perdagangan kemarin saham sektor komoditas yang menjadi penahan turunnya indeks di akhir perdagangan,”katanya.

Dia memperkirakan hari ini indeks bergerak di kisaran 3.571-3.620. Dia menyarankan investor mencermati saham sektor perbankan dan komoditas. Pada perdagangan kemarin IHSG ditutup naik 11,709 poin (0,33 persen) ke level 3.603,404.Volume perdagangan mencapai 9,554 miliar saham senilai Rp8,830 triliun.Sebanyak 89 saham naik,132 saham turun,dan 66 saham stagnan.


Cermati Saham Unggulan Masih Lagging
Asteria

(inilah.com)

INILAH.COM, Jakarta รข€“ Bursa saham Indonesia Kamis (7/10) diperkirakan akan menguat. Cermati saham unggulan yang masih lagging dan saham yang memiliki aksi korporasi.

Analis pasar modal dari BNP Baribas memprediksikan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini masih akan melanjutkan penguatan. Indeks mendapat sentimen positif dari BI yang mempertahankan suku bunganya di 6,5%. Dengan data inflasi rendah, aktivitas ekonomi di Indonesia dinilai masih efisien. "Pertumbuhan ekonomi yang pesat, menjadi motor pertumbuhan Asia," katanya.

Menurutnya, bila tingkat inflasi di suatu negara rendah, biasanya diikuti dengan turunnya tingkat konsumsi. Kondisi inilah yang mengarah ke resesi ekonomi. Namun, hal ini berbeda dengan Indonesia.

Pasalnya, dengan tingkat inflasi yang rendah, konsumsi justru meningkat. Terindikasi dari penjualan mobil yang mencapai puncak tertingginya. "Hal inilah yang menjadi daya tarik pasar Indonesia bagi investor asing," ujarnya.

Analis tersebut memprediksikan, hingga akhir tahun, dana asing yang masuk ke Indonesia masih tinggi. Kebijakan suku bunga rendah di semua negara, seperti Jepang dan AS, menyebabkan Indonesia menjadi tujuan dari dana asing. "RI masih memikat hot money, meskipun dana panas ini sudah diredam dengan kebijakan BI tidak menaikkan suku bunganya," paparnya.

Saat ini, imbuhnya, saham-saham sudah mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Namun, ada beberapa yang masih lagging, terutama sektor konsumsi yang masih diminati hingga akhir tahun. Mengingat saham di sektor ini memiliki price earning (PE) 2011 rata-rata sebesar 18-20 kali, ia menyarankan investor melirik saham dengan PE yang lebih rendah.

Salah satu saham pilihannya adalah PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM), dengan PE sebesar 13,6 kali. Demikian juga PT Kalbe Farma (KLBF) yang memiliki PE 16,8 kali. "Saham Kalbe menarik terkait kemungkinan pemerintah meningkatkan anggaran belanja untuk kesehatan menjadi 5% terhadap GDP (pertumbuhan ekonomi)," ujarnya.

Saham lain yang patut dicermati adalah PT Bank Danamon (BDMN), yang memiliki unit usaha PT Adira Finance (ADMF). Ia menilai ADMF, yang mengkontribusi 22% total kredit BDMN, sangat diuntungkan melesatnya konsumsi pembelian otomotif dan faktor suku bunga rendah. "Apalagi Adira merupakan leader di pasar finansial untuk otomotif," tambahnya.

Sedangkan untuk saham lapis dua, analis BNP Paribas merekomendasikan saham PT Ultra Jaya Milk (ULTJ). Rumor yang beredar, ULTJ akan diakuisi PT Indofood Sukses Makmur (INDF) melalui anak perusahaannya, PT Indofood Sukses Makmur CBP (ICBP). Namun, belum ada konfirmasi rekeningnya dari perusahaan yang bersangkutan.

Pada perdagangan Rabu (6/10), IHSG ditutup menguat tipis 11,709 poin (0,33%) ke level 3.603,404. Perdagangan di Bursa Efek Indonesia cukup ramai, dimana volume transaksi tercatat sebesar 9,554 miliar lembar saham, senilai Rp 8,830 triliun dan frekuensi 118.155 kali.

Sebanyak 89 saham naik, 132 saham turun dan 66 saham stagnan. Asing sore ini masih mencatatkan pemeblian, dengan nilai transaksi beli bersih (net foreign buy) sebesar Rp225 miliar. Dimana nilai transaksi beli mencapai Rp1,903 triliun dan nilai transaksi jual sebesar Rp1,678 triliun.

No comments: