Solusi Saham

SELAMAT DATANG DI SOLUSISAHAM SANGAT SENANG JIKA DAPAT MEMBANTU ANDA , SEMUA YANG DATANG SEBAGAI TAMU AKAN TINGGAL SELAYAKNYA SAUDARA

ARTIKEL

Friday 8 October 2010

BERITA PASAR

Capital Inflow Berkah atau Musibah?

Kamis, 7 Oktober 2010 - 10:50 wib
text TEXT SIZE :
ilustrasi. foto: corbis

“SAATNYA membidik Indonesia, lupakan yang lain”. Kira-kira begitulah slogan favorit di kalangan investor asing untuk mencari keuntungan di negeri ini. Lihat saja, terhitung mulai dari awal tahun hingga akhir September lalu, dana asing yang dibenamkan di Indonesia tak kurang dari Rp115 triliun.

Arus masuk modal investor asing (capital inflow) tersebut merasuk ke berbagai instrumen investasi, seperti surat utang negara (SUN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), hingga ke bursa saham yang terefleksi dari prestasi indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terus mencetak level tertinggi baru.

Derasnya arus capital inflow kini mengundang perdebatan tersendiri di kalangan pengambil kebijakan dan pelaku ekonomi di negeri ini. Belakangan ini perdebatan semakin mengerucut pada kesimpulan apakah capital inflow itu adalah sebuah berkah atau musibah. Memang, batasan antara berkah dan musibah sulit dipisahkan untuk sementara ini, tergantung dari sudut mana kita memandangnya.

Capital inflow adalah sebuah berkah karena terbukti bisa men-drive pasar saham sedemikian baik dan membuat rupiah terus berotot “melawan” dolar Amerika. Di lain pihak capital inflow bisa menjadi bom waktu setiap saat bila dana-dana tersebut beterbangan lagi ke negeri asalnya.

Yang jelas, harus disadari bahwa Indonesia tidak bisa lari dari capital inflow yang kini terus mengalir. Pertanyaannya, mengapa investor asing membidik Indonesia? Dengan melihat kondisi perekonomian negeri ini pasca-krisis finansial global 2008, tidak sulit untuk menjawab pertanyaan di atas.

Pertama, berdasarkan peringkat sejumlah lembaga pemeringkat internasional telah memprediksi Indonesia menuju investment grade dalam waktu dekat, seiring dengan prospek fundamental perekonomian yang makin membaik.

Dengan demikian, persepsi investor asing terhadap Indonesia semakin prospektif. Kedua, di mata investor asing, yield obligasi Indonesia jauh lebih menarik dibandingkan yield obligasi negara lain, tak terkecuali obligasi negara Amerika Serikat (AS).

Hal itu disebabkan kebijakan bank sentral negeri Paman Sam yang mempertahankan suku bunga serendah mungkin guna memacu pertumbuhan ekonomi yang dinilai masih merayap.

Ketiga, terkait dengan kondisi sejumlah negara di kawasan Eropa yang terlilit persoalan likuiditas akibat utang yang menumpuk. Investor global sudah pasti menahan diri menanamkan modal di kawasan tersebut. Sebagai pilihan, investor yang kelebihan likuiditas itu memburu negara yang diyakini bisa memberi keuntungan investasi portofolionya. Jadilah Indonesia sebagai tujuan utama.

Selain itu, sejumlah lembaga keuangan internasional telah merekomendasi Indonesia sebagai salah satu negara di Asia yang bisa memberi keuntungan investasi yang menggiurkan.

Pada acara Reuters Global Private Banking di Singapura, Rabu, 5 Oktober lalu,Kepala Investasi Citi Private Bank untuk Asia, Debashish Dutta Gupta, secara terbuka merekomendasikan kepada kliennya untuk menjadikan Indonesia tujuan utama memutar duit. Tak ada alasan investor yang mendambakan keuntungan untuk menjauhi negeri ini.

“Saat ini Indonesia benar-benar berbeda ketimbang situasi saat baru pulih dari krisis. Kami melihat potensi pertumbuhannya kuat sekali,” ungkap Gupta.

Yang perlu dicermati sekarang, sejauh mana antisipasi pemerintah bila capital inflow itu tiba-tiba menjelma menjadi capital outflow. Skenario alias kebijakan apa yang harus ditempuh bila dana-dana asing itu keluar dari Indonesia.

Menjawab kekhawatiran dampak yang ditimbulkan dana-dana asing yang terus menyerbu itu, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengaku terus mewaspadai perkembangan yang terjadi namun tak pernah ditegaskan gambaran kebijakan yang ditempuh seperti apa.

Bank sentral jangan terlalu percaya diri menghadapi arus dana asing yang terus menggelembung itu, dengan berdalih bahwa kebijakan moneter yang ada saat ini masih cukup untuk mengendalikan, sebagaimana selalu ditegaskan Darmin dalam menjawab kekhawatiran sejumlah pihak yang menilai capital inflow bisa berbalik dari berkah menjadi musibah.

Desember, Indofood Lunasi Utang Rp 4,1 T Cetak halaman ini Kirim halaman ini ke teman via E-mail
08/10/2010 08:42:54 WIB
Oleh Myrna Agata Riyanto dan Sanusi
JAKARTA, INVESTOR DAILY
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) akan melunasi utang senilai Rp 4,1 triliun pada Desember 2010. Saat ini, total utang perseroan beserta anak-anak usahanya mencapai Rp 16,8 triliun.
Indofood akan menggunakan dana hasil penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham anak usahanya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), untuk melunasi utang kepada sejumlah bank lokal.
Indofood CBP mampu menggalang dana dari IPO sebesar Rp 6,29 triliun. Perusahaan yang bergerak di bidang usaha mi instan dan bumbu makanan itu mengalokasikan dana Rp 2,19 triliun untuk belanja modal (capital expenditure/capex) hingga 2012. Sisanya Rp 4,1 triliun untuk membayar utang induk usahanya.
“Kami akan mendaftar dulu bank-bank apa saja yang akan dilunasi pinjamannya. Karena itu, kami belum bisa sebutkan sekarang,” kata Thomas Tjhie, direktur keuangan Indofood Sukses Makmur sekaligus Indofood CBP, usai pencatatan perdana (listing) saham Indofood CBP di...

Tiga Anak Usaha Astra Bagi Dividen Interim Cetak halaman ini Kirim halaman ini ke teman via E-mail
08/10/2010 08:41:25 WIB
JAKARTA, INVESTOR DAILY
Tiga anak usaha PT Astra International Tbk (ASII), yaitu PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Astra Graphia Tbk (ASGR), dan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) akan membagikan dividen interim untuk tahun buku 2010.
United Tractors (UT) telah menetapkan besaran dividen interim sebesar Rp 160 per saham, Astra Graphia Rp 10 per saham, dan Astra Otoparts Rp 158 per saham.
Namun, Astra Graphia belum mengungkapkan waktu pembayaran dividen interim. Sementara itu, Astra Otoparts akan membayar dividen pada 4 November 2010, sedangkan United Tractors pada 12 November 2010.
“Rapat dewan direksi pada 21 September 2010 telah memutuskan rencana pembagian dividen interim untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2010,” jelas Presiden Direktur United Tractors Djoko Pranoto dalam keterangan tertulisnya, Kamis (7/10).
Saat ini, total saham United Tractors yang dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai 3,32 miliar unit. Dengan dividen interim Rp 160 per saham, maka total dana yang disiapkan perseroan sekitar Rp 532,3 miliar. Astra International selaku pemilik 1,97 miliar (59,5%) saham United Tractors, bakal meraup dana Rp 316,7 miliar.
Sementara itu, pada 23 September 2010, Astra International telah meminta direksi Astra Graphia untuk membagikan dividen interim. “Atas permintaan Astra International sebagai pemegang saham mayoritas serta mempertimbangkan kemampuan keuangan perseraon, direksi mengusulkan pembagian dividen interim Rp 10 per saham,” ungkap Presiden Komisaris Astra Graphia Angky Tisnadisastra.
Berdasarkan data BEI, total saham Astra Graphia yang tercatat saat ini sebanyak 1,34 miliar unit. Dengan dividen Rp 10 per saham, maka Astra Graphia harus mengeluarkan dana sekitar Rp 13,48 miliar. Astra International selaku pemegang 1,03 miliar (76,87%) saham Astra Graphia, akan menerima dana Rp 10,36 miliar.
Di sisi lain, Astra International bakal menarik dividen dari Astra Otoparts senilai Rp 116,5 miliar dari total pembayaran Rp 121,8 miliar. Saat ini, Astra International menguasai 95,66% saham Astra Otoparts. Dengan demikian, total dividen yang diterima Astra International dari Astra Graphia, United Tractors, dan Astra Otoparts mencapai Rp 443,56 miliar.



No comments: