Solusi Saham

SELAMAT DATANG DI SOLUSISAHAM SANGAT SENANG JIKA DAPAT MEMBANTU ANDA , SEMUA YANG DATANG SEBAGAI TAMU AKAN TINGGAL SELAYAKNYA SAUDARA

ARTIKEL

Wednesday 13 October 2010

PROFIL IPO KS

Profil PT Krakatau STEEL

PT Krakatau Steel (Persero) dan POSCO dari Korea Selatan mendirikan perusahaan patungan pabrik baja terpadu di Indonesia. Kapasitas produksi pabrik baja terpadu adalah 6 juta ton per tahun yang dibagi dalam 2 tahap, masing-masing dengan kapasitas 3 juta ton.

Kesepakatan tersebut ditandai dengan penandatanganan Joint Venture Agreement (JVA), hari ini, Rabu (4/8/2010) di Lantai 21 kantor Kementerian BUMN, Jakarta.

Kepala Biro Hukum dan Humas, Kementerian BUMN Herman Hidayat menjelaskan, perbandingan kepemilikan antar kedua perusahaan dimulai dengan 70% untuk POSCO dan 30% untuk PT Krakatau Steel.

”Komposisi ini akan bertambah menjadi 45% satu tahun setelah Final Acceptance Certificate (FAC) dengan cara membeli 15% saham dari POSCO, sehinga kepemilikan saham menjadi 55 % : 45%,” jelas Herman dalam siaran pers, Rabu (4/8/2010).

Herman mengungkapkan, konstruksi tahap pertama akan dimulai pada semester II/2010 ini dan ditargetkan selesai pada Desember 2013. Lahan konstruksi adalah lahan kosong yang terletak di samping pabrik PT Krakatau Steel (Persero) di kota pelabuhan Cilegon, sebelah Barat Laut Pulau Jawa, Indonesia.

Setelah acara penandatanganan JVA ini, rencananya akan dilakukan pertemuan dengan Presiden Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono yang menaruh perhatian besar dan mendukung penuh proyek ini.

CEO POSCO, Chung, Joon secara khusus meminta dukungan aktif dari Pemerintah Indonesia atas kerjasama ini.

"Kami juga akan mengkaji beraneka bentuk kerjasama lainnya di berbagai bidang seperti infrastruktur, energi, dan lain-lain," katanya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Krakatau Steel, Fazwar Bujang menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terjadinya kerjasama antara PT Krakatau Steel dan POSCO.

"Kami yakin upaya ini dapat memajukan industri baja di Indonesia dan regional, serta memperkuat basis industri manufaktur di Indonesia," ujar Fazwar.

Menurut dia, dari segi pembangunan pabrik baja terpadu, proyek investasi ini adalah proyek Greenfield yang harus didukung dengan penambahan kapasitas terpasang dan infrastruktur yang sudah dimiliki PT Krakatau Steel saat ini, seperti pelabuhan, pengolahan air untuk industri, pembangkit listrik, berikut jaringan distribusinya.

“Proyek investasi ini akan memberikan dampak ekonomi yang luas terhadap Indonesia, antara lain: peningkatan pendapatan dari sektor penerimaan pajak, penghematan devisa, peningkatan kebutuhan tenaga kerja, serta menciptakan peluang tumbuhnya industri pendukung,” jelas Fazwar.

Herman menambahkan, rencana investasi tersebut di atas akan didukung oleh sumber daya nasional mengingat Indonesia memiliki cadangan bijih besi sebesar kurang lebih 2,4 miliar ton dan batu bara sebesar kurang lebih 13 miliar ton.

“Melalui pengembangan bersama bahan baku baja, Perusahaan Patungan ini diharapkan dapat menghasilkan produksi dengan harga kompetitif sehingga menciptakan keunggulan bersaing dan keuntungan bagi kedua perusahaan,” kata Herman.

Di masa yang akan datang, lanjutnya, pada saat permintaan produk baja semakin meningkat, diharapkan hasil produk Perusahaan Patungan yang kompetitif tersebut dapat disalurkan tidak hanya di pasar domestik Indonesia namun juga diekspor ke berbagai pasar regional, antara lain India, daerah Asia Tenggara dan sekitarnya.

PT Krakatau Steel adalah pabrik baja yang didirikan pada tahun 1970, saat ini kapasitas produksi mencapai 2,5 juta ton per tahun dan merupakan industri baja terpadu terbesar di Asia Tenggara. PT Krakatau Steel memiliki enam pabrik berbasis baja yang terdiri atas Pabrik Besi Pons, Pabrik Billet Baja, Pabrik Batang Kawat, Pabrik Slab Baja, Pabrik Pengerolan Baja Canai Panas (HSM), dan Pabrik Pengerolan Baja Canai Dingin (CRM).

Perlu diketahui, POSCO adalah perusahaan papan atas dalam industri baja dunia dalam tempo tiga dekade yang didirikan tahun 1968. POSCO memproduksi sekitar 28 juta ton baja setiap tahunnya, dan digunakan di lebih dari 60 negara. POSCO telah menggunakan teknologi otomasi pada pabrik-pabrik bajanya yang berlokasi di kota pelabuhan Pohang dan Gwangyang di Korea -sebagai jaringan produksi sinergis yang mendukung nilai kompetitif di tatanan internasional. POSCO memproduksi berbagai jenis produk termasuk hot rolled coil dan cold rolled sheet, plate, wire rod, electrical steel, dan stainless steel.


Harga saham KS ( laporan keuangan lisan )

Oleh: Stefanus Arief Setaji JAKARTA: Harga saham PT Krakatau Steel (KS) yang ditetapkan Rp800-Rp1.150 selama masa penawaran awal (bookbuliding) dianggap terlalu tinggi.

Analis PT UOB Kay Hian Securities Gema Merdeka Goeryadi mengatakan idealnya harga saham KS ditawarkan di kisaran Rp600-Rp900, meski dari sisi fundamental dan kinerja perusahaan cukup bagus dibandingkan dengan perusahaan lain.

"Mungkin idealnya di kisaran Rp600-Rp900. Tetapi secara umum saya belum melihat laporan keuangan, tampaknya growth-nya cukup bagus," ujarnya, hari ini.

Dia menjelaskan sebagai perbandingan, PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk saat penawaran saham perdana (IPO) pada Desember 2009 menetapkan harga Rp160 per lembar saham. Adapun harga saham perseroan tersebut saat ini lebih rendah dari harga penawaran perdana sebesar Rp142.

Industri baja lain yang mencatatkan namanya di papan bursa tahun lalu yakni PT Jaya Pari Steel Tbk. Harga penawaran perdana saham perseroan itu sebesar Rp290 dan saat ini mulai bergerak naik ke level harga Rp590.

Menurut Gema, pergerakan harga saham industri baja dipicu oleh pengaruh kinerja sektor perbankan dan properti.

"Saham industri baja termasuk multilayer effect, industri baja itu sendiri ada di layer ketiga di bawah perbankan dan properti.
Kalau dua pergerakan saham itu bagus, tentu industri baja akan terdongkrak," katanya.

Mengenai prospek kenaikan harga saham saat pencatatan perdana, dia memperkirakan kenaikannya akan menyentuh 15% dari harga perdana.

"Harga saham tidak bisa dilihat dari perusahaannya, meski kinerja keuangannya bagus, belum tentu harga sahamnya juga akan baik."

Sampai semester I/2010, industri baja terbesar di Indonesia ini membukukan nilai penjualan sebesar Rp8,30 triliun, tumbuh 14,32% dibandingkan dengan semester I/2009 sebesar Rp7,26 triliun.

Dari nilai penjualan tersebut, sebanyak 70,7% atau Rp5,87 triliun disumbang dari penjualan produk baja canai panas (HRC) dan baja canai dingin (CRC).

No comments: