Solusi Saham

SELAMAT DATANG DI SOLUSISAHAM SANGAT SENANG JIKA DAPAT MEMBANTU ANDA , SEMUA YANG DATANG SEBAGAI TAMU AKAN TINGGAL SELAYAKNYA SAUDARA

ARTIKEL

Wednesday 22 September 2010

BERITA EMITEN

Saham Bank-Properti Simpan Potensi

(inilah.com/Wirasatria)

INILAH.COM, Jakarta – Bursa saham Indonesia Rabu (22/9) diprediksi melemah, sebelum melanjutkan penguatan. Beberapa saham yang dapat dicermati berasal dari sektor perbankan dan properti.

Analis saham Ciptadana Securities, Syaiful Adrian mengatakan, koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini masih akan berlanjut. Menurutnya, penguatan indeks selama ini sudah sangat tinggi, sehingga membutuhkan koreksi sebelum naik lagi. ”Profit taking pun masih akan terjadi pada saham big cap,” ujarnya kepada INILAH.COM.

Pada perdagangan kemarin, indeks ditutup terkoreksi tipis, setelah di awal perdagangan mencetak rekor baru. Tekanan tinggi setelah indeks menembus level 3.400, dan antisipasi pasar terhadap keputusan The Fed tentang tingkat bunganya, menekan bursa.

Pasar berekspektasi The Fed akan mempertahankan suku bunga rendah, di tengah pernyataan BPS Amerika (National Bureau of Economic Research/NBER), bahwa resesi AS yang dimulai sejak Desember 2007 telah berakhir di Juni 2009. “Kendati masih ada kekhawatiran soal angka pengangguran AS yang masih tinggi,” katanya

Sementara likuditas yang masih tinggi di pasar global akibat stimulus, bisa memicu kenaikan di indeks market, termasuk Indonesia. “Hal ini didukung masuknya aliran dana asing ke bursa domestik, yang mengindikasikan likuiditas yang tinggi di pasar.”

Di tengah profit taking investor, investor masih disarankan membeli saham perbankan, seperti PT Bank Negara Indonesia (BBNI) dan PT Bank Mandiri (BMRI). Hal ini terkait rencana kedua emiten untuk melakukan right issue. “Kedua emiten ini mudah menerbitkan right issue, karena sahamnya diminati investor asing,” ucapnya.

Menurutnya, aksi korporasi ini bagus untuk perbankan, karena dengan bertambahnya modal (CAR), pengucuran kredit dapat meningkat. Kondisi ini sesuai dengan ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM) yang baru, dimana perbankan, seperti BMRI harus meningkatkan pelemparan kreditnya karena Loan to Deposit ratio (LDR) masih rendah.

Emiten lain yang disarankan Syaiful dengan ekspektasi suku bunga rendah adalah saham properti PT Summarecon Agung (SMRA). Menurutnya, ketentuan GWM ini akan membuat lending rate perbankan berkompetisi. “Hal ini positif bagi sektor yang dibiayai kredit perbankan, seperti properti,” ujarnya.

Pada perdagangan Selasa (21/9), IHSG ditutup turun 5,945 poin (0,18%) ke level 3.365,037. Perdagangan di Bursa Efek Indonesia memang sangat ramai, dimana volume transaksi tercatat sebesar 13,331 miliar lembar saham, senilai Rp 6,440 triliun dan frekuensi 160.563 kali.

Sebanyak 121 saham naik, 100 saham turun dan 59 saham stagnan. Asing mencatatkan transaksi beli bersih (net foreign buy) mencapai Rp114 miliar. Rinciannya adalah transaksi beli sebesar Rp1,728 triliun dan transaksi jual asing mencapai Rp1,614 triliun.


Elnusa Bukukan Kontrak Migas US$ 309,9 Juta Cetak halaman ini Kirim halaman ini ke teman via E-mail

JAKARTA, INVESTOR DAILY
Perusahaan penyedia layanan jasa terintegrasi hulu migas PT Elnusa Tbk (ELSA) meraup kontrak hingga pertengahan September 2010 sebesar US$ 309,98 juta atau setara Rp 2,79 triliun.
“Kontrak terakhir yang kani peroleh adalah proyek transition seismic acquisition senilai US$ 24,48 juta,” ujar Sekretaris Perusahaan Elnusa Heru Samodra kepada Investor Daily di Jakarta, Selasa (21/9).
Heru mengungkapkan, proyek seismik tersebut akan dikerjakan pada dua blok di wilayah Papua Barat dengan periode kontrak selama enam bulan, mulai akhir September 2010 dan berlanjut pada awal 2011.
Kontrak baru yang diperoleh perseroan akan dikerjakan melalui pola kerja sama operasi dengan perusahaan geoscience terkemuka dari Prancis. Elnusa mendapat bagian menyediakan alat (recording and cable), support vessel, transportasi darat, dan semua survei...


Hexindo kantongi kontrak US$40 juta dari BUMA

Distributor peralatan berat merek Hitachi, PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA), mengantongi kontrak pembelian peralatan berat senilai US$40 juta dari kontraktor pertambangan batu bara kedua terbesar di Indonesia, PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA).

Seorang eksekutif yang mengetahui masalah ini menyatakan bahwa BUMA telah menandatangani kontrak pembelian peralatan berat dengan Hexindo.

“Hexindo akan memasok peralatan berat ke BUMA hingga 2012,” ujarnya kepada Bisnis hari ini.

Sekretaris Perusahaan Hexindo Heri Akhyar membenarkan bahwa perusahaan telah mengantongi kontrak pembelian alat berat senilai US$40 juta dari BUMA.

“Kami telah menandatangani kontrak. Satu unit peralatan berat telah dipasok ke BUMA. Pembelian ini sejalan dengan alokasi anggaran untuk belanja modal BUMA,” ujarnya.

Terkait pembelian ini, Heri mengatakan bahwa BUMA juga memperoleh pembiayaan dari Hitachi Construction Machinary Finance Indonesia.

BUMA menghabiskan US$115 juta belanja modal (capex) selama 6 bulan pertama pada tahun 2010. Mayoritas alokasi anggaran ini digunakan untuk pembelian peralatan berat untuk mendukung pertumbuhan produksi.

BUMA, anak perusahaan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), berencana untuk menghabiskan kira-kira US$180 juta capex pada tahun ini.

Hexindo berhasil mencatatkan lonjakan laba bersih sebesar 118,20% pada kuartal pertama tahun ini, didukung oleh melambungnya pendapatan bersih.

Perusahaan itu mencatatkan US$9,23 juta laba bersih pada kuartal I 2010 dari US$4,23 juta pada kuartal I 2009.

Laba usaha Hexindo meningkat 115,92% dari US$5,78 juta pada kuartal I 2009 menjadi US$12,48 juta.

Pendapatan bersih perusahaan melambung 132,35% dari US$53,17 juta pada kuartal pertama di tahun 2009 menjadi US$123,54 juta.

Saham Hexindo melemah 1,75% menjadi Rp5.600 per saham dengan nilai kapitalisasi pasar Rp4,70 triliun. Saham diperdagangkan pada 13.58 kali dari rasio harga saham terhadap laba bersihnya.

No comments: