Solusi Saham

SELAMAT DATANG DI SOLUSISAHAM SANGAT SENANG JIKA DAPAT MEMBANTU ANDA , SEMUA YANG DATANG SEBAGAI TAMU AKAN TINGGAL SELAYAKNYA SAUDARA

ARTIKEL

Monday 6 September 2010

BERITA GLOBAL

Risk aversion berkurang, Euro lebih berotot


JAKARTA. Euro berhasil menguat seiring menurunnya kecemasan pasar (risk aversion). Sepekan kemarin, mata uang Uni Eropa ini berhasil reli dari level US$ 1,2763 per euro (27/8), hingga mencapai US$ 1,2896 per euro, Jumat (3/9) lalu.

Berkurangnya kecemasan pasar terlihat dari positifnya pasar saham dan lemahnya dolar. Bursa saham dunia cenderung positif dipicu bagusnya beberapa indikator ekonomi AS dan Asia, seperti manufaktur China. Sementara, penambahan lapangan kerja AS di sektor swasta yang cukup bagus selama Agustus juga meredam kecemasan terhadap pemulihan ekonomi di AS.

Secara umum, pertumbuhan lapangan kerja di AS per Agustus hanya minus 54.000, dari prediksi minus 110.000.

Euro semakin diuntungkan dengan rilis data penjualan ritel kawasan Eropa yang naik 0,1% selama Juli. Apalagi, bank sentral Eropa (ECB) menyebut pertumbuhan ekonomi kawasan Euro tahun ini diperkirakan meningkat antara 1,4%-1,8%, dari semula di kisaran 0,7%-1,3%.

Vice President Riset Valbury Asia Futures Nico Omer Jonckheere meyakini, alasan utama rebound euro seiring menurunnya faktor risk aversion, dan meningkatnya risk appetite. Menurutnya, pelaku pasar lebih berani masuk ke aset beresiko, termasuk euro. Apalagi, data tenaga kerja AS yang tidak separah dugaan.

Analis Askap Futures Ibrahim melihat, positifnya pergerakan euro karena ditopang ekonomi Eropa, khususnya Jerman. Pertumbuhan ekonomi Jerman kuartal kedua mencapai 3%, dari prediksi 1,4%. "Proyeksi ekonomi Jerman saangat memengaruhi euro, sebab Jerman menjadi barometer ekonomi Uni Eropa," ujarnya.

Nico pun memprediksi, pekan ini euro masih berpeluang rebound, meski terbatas. "Penguatan mata uang Uni Eropa masih akan didukung faktor naiknya minat pasar (risk appetite), karena data positif sepekan terakhir masih akan memengaruhi pasar. Apalagi, pekan ini rilis data ekonomi terbilang minim. Prediksinya, euro bisa ke US$ 1,2915 per euro, dengan batas bawah US$ 1,2730 per euro," imbuhnya.

Senada, Ibrahim juga masih melihat potensi kenaikan euro. Dia menilai indikator ekonomi Jerman masih akan menguatkan sentimen pasar. Selain itu, dengan membaiknya ekonomi China, maka akan tetap mempertahankan investasinya di Eropa. "Pekan ini euro bakal bergulir di US$ 1,27-US$ 1,30 per euro,"


Wall Street Tutup Akhir Pekan dengan Manis


Jakarta - Indeks saham di bursa Wall Street menutup pekan ini dengan penguatan setelah dikeluarkannya data ekonomi yang menunjukkan pemulihan, serta data lapangan pekerjaan yang positif.

Saham-saham yang sangat sensitif terhadap perkembangan ekonomi, seperti saham di sektor teknologi dan perbankan memimpin kenaikan dalam pekan ini.

"Pemulihan memang berjalan lambat, tapi ini dapat diandalkan untuk menaikkan harga saham setidaknya sampai akhir tahun," ujar ekonom Mike Dueker seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (4/9/2010).

Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan ada sekitar 54 ribu orang kehilangan pekerjaannya di Agustus. Namun data ini lebih baik dari prediksi pasar yang mengatakan di Agustus akan ada 100 ribu orang yang kehilangan pekerjaannya. Ini membuat pasar menjadi positif.

Pada perdagangan Jumat kemarin, indeks Dow Jones mencatat kenaikan 127,83 poin (1,24%) menjadi 10.447,93. Indeks S&P500 naik 14,41 poin (1,32%) menjadi 1.104,51. Lalu indeks Nasdaq naik 33,74 poin (1,52%) menjadi 2,233,75.

President Obama memang tengah mempertimbangkan untuk memberikan satu paket stimulus ekonomi yang akan ditujukan untuk usaha kecil karena usaha kecil telah menjadi mesin utama penciptaan lapangan kerja di Amerika dan mengambil hampir setengah dari pekerja swasta baru yang bukan dari sektor pertanian. Ini ikut memunculkan optimisme di pasar.

No comments: